Budaya di Bima: Keunikan Tradisi dari Tanah Mbojo

Ming, 24 Nov 2024 16:50:38 Dilihat kali Author Dirno Kaghoo
Budaya di Bima: Keunikan Tradisi dari Tanah Mbojo
Budaya di Bima: Keunikan Tradisi dari Tanah Mbojo

Bima, sebuah wilayah yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, memiliki warisan budaya yang kaya dan unik. Sebagai bagian dari suku Bima atau dikenal juga sebagai suku Mbojo, masyarakat di sini mewarisi tradisi, adat, serta nilai-nilai leluhur yang telah ada sejak masa kerajaan Bima. Budaya di Bima sangat dipengaruhi oleh agama Islam, tetapi juga mencerminkan perpaduan antara adat lokal dan nilai-nilai religi yang harmonis. Berikut ini adalah ulasan tentang beberapa aspek utama budaya masyarakat Bima.

1. Sejarah dan Asal Usul Masyarakat Bima

Masyarakat Bima, atau disebut juga Mbojo, telah menghuni wilayah ini selama berabad-abad. Sejarah Bima sangat erat kaitannya dengan berdirinya Kerajaan Bima, yang berdiri pada abad ke-17. Kerajaan Bima mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Sultan Abdul Kahir yang memeluk Islam pada tahun 1620, sehingga agama Islam menjadi pengaruh besar dalam budaya masyarakat Bima. Hingga saat ini, adat dan tradisi Islam sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bima, termasuk dalam perayaan keagamaan, upacara adat, dan sistem nilai yang dianut.

2. Sistem Kekerabatan dan Masyarakat Bima

Masyarakat Bima menganut sistem kekerabatan patrilineal, di mana garis keturunan dihitung berdasarkan garis laki-laki. Keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat, dan hubungan antar keluarga sangat erat. Penghormatan terhadap orang tua dan sesepuh adalah nilai yang dijunjung tinggi, serta kepatuhan terhadap adat istiadat lokal tetap menjadi pegangan hidup masyarakat.

Selain itu, masyarakat Bima juga memiliki sistem strata sosial yang telah ada sejak zaman kerajaan. Meskipun pengaruh kerajaan Bima sudah berkurang seiring dengan perkembangan zaman, hierarki sosial ini masih terasa dalam beberapa aspek kehidupan adat.

3. Pakaian Adat Bima

Pakaian adat Bima, yang dikenal sebagai Rimpu, adalah simbol budaya yang kaya akan nilai-nilai tradisi. Pakaian adat ini terdiri dari kain sarung yang digunakan oleh perempuan Bima sebagai penutup tubuh. Rimpu Mpida adalah jenis rimpu yang menutupi seluruh tubuh kecuali mata, sementara Rimpu Colo memperlihatkan bagian wajah namun tetap menutupi kepala.

Penggunaan Rimpu bukan hanya sebatas pakaian adat pada acara-acara penting, tetapi juga menjadi simbol kesopanan dan penghormatan terhadap adat istiadat Islam yang dianut oleh masyarakat Bima. Selain Rimpu, untuk kaum pria terdapat pakaian adat yang disebut Tembe (sarung) dan Songke (ikat kepala).

4. Tarian Tradisional Bima

Bima memiliki berbagai tarian tradisional yang mencerminkan semangat, cerita, dan nilai-nilai budaya setempat. Salah satu tarian yang terkenal adalah Tarian Wura Bongi Monca, sebuah tarian yang menggambarkan proses menaburkan beras kuning (sebagai simbol kebahagiaan dan berkah) dalam upacara adat, terutama pernikahan atau perayaan kelahiran. Tarian ini dimainkan oleh para perempuan dengan gerakan yang anggun dan disertai iringan musik tradisional.

Tarian lainnya adalah Tarian Lenggo, yang biasanya dimainkan pada upacara adat dan acara resmi kerajaan. Tarian ini menggambarkan sikap keanggunan dan sopan santun masyarakat Bima serta menampilkan harmoni gerakan yang lembut dan penuh makna simbolik.

5. Musik dan Sastra Lisan Bima

Musik tradisional Bima sebagian besar menggunakan alat musik seperti gendang, gong, dan serunai. Musik ini sering digunakan untuk mengiringi upacara adat, tarian, dan acara-acara penting lainnya. Salah satu musik yang khas di Bima adalah Hadrah, yang sering dimainkan dalam perayaan keagamaan Islam. Hadrah adalah musik yang menggunakan alat perkusi dan diiringi dengan nyanyian shalawat atau puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.

Selain musik, Bima juga kaya dengan sastra lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Nggahi Mbojo, bahasa daerah Bima, digunakan dalam berbagai bentuk cerita rakyat, legenda, dan pantun. Sara Bhojo, atau hukum adat Bima, juga menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan sering disampaikan dalam bentuk cerita lisan untuk mengajarkan norma dan nilai kepada generasi muda.

6. Upacara dan Ritual Adat Bima

Bima memiliki berbagai macam upacara adat yang masih dilakukan hingga saat ini, yang meliputi peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat, seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian.

  • Upacara “Safar”: Upacara ini adalah salah satu tradisi tahunan yang dilakukan pada bulan Safar dalam kalender Hijriyah. Masyarakat Bima percaya bahwa bulan Safar adalah bulan yang penuh tantangan, sehingga mereka menggelar doa bersama dan upacara adat untuk meminta perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT.
  • Upacara “Raju”: Upacara ini merupakan ritual adat dalam rangka syukuran hasil panen atau ketika masyarakat Bima akan memulai musim tanam. Upacara Raju biasanya melibatkan seluruh masyarakat desa dan ditandai dengan acara makan bersama dan pertunjukan seni tradisional.
  • Upacara Pernikahan Adat Bima: Dalam adat pernikahan, terdapat serangkaian prosesi yang harus dilalui, mulai dari lamaran hingga akad nikah. Salah satu tradisi yang masih dijalankan adalah “Mbolo Weki”, yaitu musyawarah keluarga besar kedua mempelai untuk menentukan segala hal terkait pernikahan. Prosesi adat ini menekankan pentingnya keterlibatan keluarga besar dan dukungan moral serta material dari kedua pihak keluarga.

7. Permainan Tradisional Bima

Permainan tradisional juga menjadi bagian dari budaya masyarakat Bima, yang sering dimainkan dalam acara-acara adat atau perayaan besar. Salah satu permainan yang populer adalah “Raga”, mirip dengan sepak takraw, di mana para pemain harus menendang bola rotan dan mempertahankannya agar tidak jatuh ke tanah. Permainan ini tidak hanya menguji keterampilan fisik, tetapi juga kebersamaan dan semangat kompetitif.

8. Kearifan Lokal dan Kehidupan Masyarakat

Masyarakat Bima dikenal dengan nilai-nilai kearifan lokal yang mereka junjung tinggi. Salah satunya adalah semangat gotong royong, yang disebut “Maja Labo Dahu”, yang berarti menjaga kehormatan dan tidak takut melakukan kebenaran. Prinsip ini sangat mendalam dalam kehidupan sosial masyarakat Bima, terutama dalam menghadapi tantangan dan menjaga keharmonisan komunitas.

Selain itu, masyarakat Bima memiliki hubungan yang erat dengan alam. Mereka mempraktikkan pertanian dan perikanan sebagai sumber utama penghidupan, dan adat istiadat mereka sangat memperhatikan keseimbangan lingkungan. Upacara adat seperti Raju merupakan wujud syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang mereka terima.

Kesimpulan

Budaya di Bima, dari pakaian adat hingga tarian tradisional, musik, upacara adat, dan nilai-nilai kearifan lokal, menunjukkan betapa kayanya warisan budaya suku Mbojo. Meski dunia modern terus berkembang, masyarakat Bima tetap menjaga dan melestarikan tradisi mereka sebagai bagian dari identitas yang harus diwariskan kepada generasi mendatang. Perpaduan antara adat dan nilai-nilai keagamaan menjadikan Bima sebagai salah satu wilayah dengan warisan budaya yang unik dan penuh makna di Indonesia.

Baja Juga

News Feed

Jurnal: Petani Pala: Untung atau Rugi?

Sen, 12 Mei 2025 16:50

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah petani pala di Pulau Siau memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian dalam pengelolaan tanaman pala….

PDI PERJUANGAN SITARO SALURKAN BANTUAN UNTUK KORBAN BANJIR DAN LONGSOR DI TAGULANDANG

Jum, 9 Mei 2025 00:40

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, 8 Mei 2025. Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro)…

Stok Melimpah, Harga Ikan di Pasar Ulu Terjangkau

Kam, 8 Mei 2025 10:33

Kamis, 8 Mei 2025 – Sitaro. Aktivitas belanja di Pasar Ulu hari ini menunjukkan situasi yang menggembirakan bagi konsumen. Stok ikan…

Ketua DPRD Sitaro Soroti Penyaluran PPPK dan Jabatan Rangkap di Lingkup Pemda

Rab, 7 Mei 2025 19:39

Siau, 7 Mei 2025 – Ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Sitaro, Djon Ponto Janis, menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas…

DPRD Sitaro Sampaikan 7 Rekomendasi Strategis untuk Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan Daerah

Rab, 7 Mei 2025 19:27

Siau, 7 Mei 2025; Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) secara resmi menyampaikan catatan strategis…

e-Book: Satu Tubuh, Banyak Luka

Sel, 6 Mei 2025 19:50

Dalam perjalanan hidup, setiap jemaat adalah tubuh yang memiliki berbagai anggota, masing-masing dengan peran dan fungsinya yang berbeda. Namun, tubuh…

e-Book: Menuju Sitaro yang Lebih Baik

Sel, 6 Mei 2025 19:29

Buku ini merupakan hasil penelitian yang berfokus pada evaluasi pencapaian Indeks Desa Membangun (IDM) di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro…

Honor Guru “Sitaro Mengajar” Belum Dibayar, Dinas Pendidikan: Masih Dalam Proses

Sel, 6 Mei 2025 17:01

Sitaro, 6 Mei 2025 — Sejumlah guru di Kabupaten Kepulauan Sitaro mengeluhkan keterlambatan pembayaran honorarium program “Sitaro Mengajar” yang belum…

EBook Jurnal SitaroNews No 1-Vol 1-2025

Sel, 6 Mei 2025 13:43

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sitaro direpresentasikan dalam ruang digital melalui analisis terhadap konten…

Pemetaan Isu Publik Sitaro Awal Mei 2025

Sel, 6 Mei 2025 09:26

Inilah hasil pemetaan isu publik pada awal Mei 2025 yang dilansir dari Sumber Isu: Media Sosial (Publik Sitaro). KONTEN 11….

Berita Terbaru

Pariwisata

Ekonomi

Visitor